Jumat, 30 Maret 2012

Economy of Indonesia

Indonesia is the largest economy in Southeast Asia and is one of the emerging market economies of the world. The country is also a member of G-20 major economies. It has a market economy in which the government plays a significant role by owning more than 164 enterprises and administers prices on several basic goods, including fuel, rice, and electricity. In the aftermath of the financial and economic crisis that began in mid-1997, the government took custody of a significant portion of private sector assets through acquisition of nonperforming bank loans and corporate assets through the debt restructuring process. Since 2004, the national economy has recovered and undergone another period of rapid economic growth.
In the 1960s, the economy deteriorated drastically as a result of political instability, a young and inexperienced government, and economic nationalism, which resulted in severe poverty and hunger. By the time of Soekarno's downfall in the mid-1960s, the economy was in chaos with 1,000% annual inflation, shrinking export revenues, crumbling infrastructure, factories operating at minimal capacity, and negligible investment. Following President Soekarno's downfall in the mid-1960s, the New Order administration brought a degree of discipline to economic policy that quickly brought inflation down, stabilized the currency, rescheduled foreign debt, and attracted foreign aid and investment. (See Berkeley Mafia). Indonesia was until recently Southeast Asia's only member of OPEC, and the 1970s oil price raises provided an export revenue windfall that contributed to sustained high economic growth rates, averaging over 7% from 1968 to 1981. High levels of regulation and a dependence on declining oil prices, growth slowed to an average of 4.3% per annum between 1981 and 1988. A range of economic reforms were introduced in the late 1980s including a managed devaluation of the rupiah to improve export competitiveness, and de-regulation of the financial sector, Foreign investment flowed into Indonesia, particularly into the rapidly developing export-oriented manufacturing sector, and from 1989 to 1997, the Indonesian economy grew by an average of over 7%.
GDP per capita grew 545% from 1970 to 1980 as a result of the sudden increase in oil export revenues from 1973 to 1979.
High levels of economic growth from 1987–1997 masked a number of structural weaknesses in Indonesia's economy. Growth came at a high cost in terms of weak and corrupt institutions, severe public indebtedness through mismanagement of the financial sector, the rapid depletion of Indonesia’s natural resources, and a culture of favors and corruption in the business elite Corruption particularly gained momentum in the 1990s, reaching to the highest levels of the political hierarchy as Suharto became the most corrupt leader according to Transparency International's corrupt leaders list. As a result, the legal system was very weak, and there was no effective way to enforce contracts, collect debts, or sue for bankruptcy. Banking practices were very unsophisticated, with collateral-based lending the norm and widespread violation of prudential regulations, including limits on connected lending. Non-tariff barriers, rent-seeking by state-owned enterprises, domestic subsidies, barriers to domestic trade and export restrictions all created economic distortions.

sumber : http://en.wikipedia.org/wiki/Economy_of_Indonesia

Sabtu, 07 Januari 2012

MANUSIA DAN PANDANGAN HIDUP

Manusia memiliki pandangan hidup sendiri sendiri. Pandangan hidup tersebut tergantung dari apa yang dipikirkan. Apabila manusia itu memikirkan menjadi seorang ATLET maka pandangan hidupnya akan menjadi seorang atlet. begitupun dengan perilakunya. Seseorang mebutuhkan waktu yang lama untuk memilihi pandangan hidup mereka,dalam memilih pandangan hidup, manusia harus kearah yang lebih baik.kalau tidak,bisa mengarah ke sesuatu yg negatif.

Pandangan hidup disebut juga suatu ideologi dan biasanya bila pandangan hidup dijadikan ideologi negara, pasti pandangan hidup tersebut sudah pasti mengarah positif.

kesimpulan dari saya, manusia sangat memerlukan pandangan hidup. karna dengan pandangan hidup,kita akan tau kemana kita akan mengarah untuk kedepannya

MANUSIA DAN TANGGUNG JAWAB

Tanggung Jawab itu bisa dikatakan suatu perilaku yang menunjukan bahwa seseorang sadar dan siap dalam menerima resiko dari apa yang ia lakukan. Manusia pada dasarnya mempunyai tanggung jawab.apabila manusia tidak mempunyai sikap tanggung jawab, maka manusia tersebut akan menerima resikonya. Contohnya Mahasiswa : sebagai mahasiswa, tanggung jawab nya adalah belajar. karena apa yang dia lakukan sekarang akan berdampak di masa depan untuk dirinya sendiri.Apabila seorang mahasiswa berperilaku malas maka itu semua akan berdampak pada jangka waktu kuliahnya

manusia dan tanggung jawab adalah sesuatu yang pasti dimilki masing-masing orang yang diberikan oleh Tuhan.tetapi masih ada saja yang tidak ada tanggung jawab atas perilakunya karena takut dengan resikonya. dan itulah sikap yang harus dihilangkan dari sikap seseorang

MANUSIA DAN HARAPAN

Bila ada manusia yang hidup tanpa harapan pada hakekatnya dia itu sudah mati. Harapan bukanlah sesuatu yang terucap  dari mulut saja tetapi juga berawal dari usaha. ialah kecenderungan batin untuk membuat sebuah rencana,aksi, peristiwa, ataupun sesuatu menjadi lebih baik. simpel saja, harapan membuat kita berpikir untuk meraih sesuatu yang lebih baik.
Harapan dan rasa optimis memberikan kita kekuatan untuk menerpa setiap hambatan.seakan kita mendapatkan jalan keluar untuk setiap masalah.berasa kita punya kekuatan yang lebih untuk siap menghadapi semua resikonya.bisa  disebut sebagai perlawanan. Orang yang hidup tanpa optimis dan gampang  pasrah pada kenyataan dia akan cenderung untuk bersikap pasif,  dengan makalah ini kita jadi lebih tau tentang manusia dan harapan

MANUSIA DAN KEGELISAHAN

selama hidup manusia pasti pernah mengalami kegelisahan sering atau jarang, apalagi di era seperti saat ini. kegelisahan sendiri berasal dari kata gelisah yang artinya tidak tentram hatinya,merasa khawatir,tidak senang,tidak sabar, cemas hingga kegelisahan merupakan hal yang menggambarkan seseorang tidak tentram hati maupun perbuatannya,tidak tenang dalam tingkah lakunya dan tidak sabar.oleh karna itu kita dapat mengetahui tanda tanda bahwa seseorang mengalami ketegang dari tingkah lakunya.
termasuk kegagalan dalam hidupnya.Kegagalan dan permasalahan kata lain tersambung dengan hati, perasaan dan pikiran. secara disadari atau tidak disadari. Begitupun jika yang dilakukan telah memcapai titik maksimum dan berhasil maka kita sendiri tidak luput dari kegelisahan, contoh kegelisahan untuk mempertahankannya.